Saturday, September 18, 2010

Berdetik Meniti Kasih ( Khas untuk Alma Adhrisya)

Dalam keletihan menjenguh tiba
lupus semerta gugur dari mata
menatap kelibat mata manja
ratu jiwa ayahanda bonda
berdetik di dada meniti mesra
kasih yang tiada tara
untuk dibayar dengan harta

Kian ku rasa kehadirannya
kian jiwa ku dihimpit duka
betapa anak yang seusia
dipaksa dalam siksa
menyambung nyawa dimuara
atau menjadi mangsa
gigitan lipan bara
hidangan semut kerengga
tangisnya tiada harga

Sedang tangis anakanda
bisa dibayar dengan nyawa

Andai kata
anak kecil mampu bicara
daripada siksa bertarung nyawa
izin saja dirinya
melabuhkan stigma
di riba insan kedua
dari dijadikan pasung puaka

No comments:

Post a Comment